Penulis: Dee Lestari
Tahun terbit: 2018
Genre: Fantasy, Spiritual, Mystery
Sinopsis:
Tidak ada yang tidak mengenal keluarga Prayagung. Keluarga yang masih berakar pada kaum priyayi Jawa yang juga adalah pemilik perusahaan kosmetik berkualitas terbaik, tertua dan terbesar di Indonesia. Namun siapa sangka awal dari kekayaan keluarga Prayagung saat ini adalah buah dari usaha keras seorang Janirah, anak dari abdi dalem keraton biasa yang mengisi masa mudanya dengan mengamati proses pengolahan bahan-bahan untuk kecantikan putri-putri keraton. Janirah berhasil membuat sendiri ramuan kecantikannya dan menjual hasil ramuan buatan tangannya tersebut. Siapa sangka malah laku keras dan dalam waktu yang tidak lama, Janirah berhasil keluar dari nasib turun temurun menjadi abdi dalem terendah di keraton seperti orang tuanya dan menjadi pedagang.
Tidak hanya itu, kiprahnya yang cukup istimewa untuk ukuran perempuan pada masa itu juga membuat Janirah menemukan jodohnya, seorang laki-laki dari keluarga priyayi Jawa Prayagung yang memiliki pola pikir terbuka dan tidak kolot. Maka mereka pun menikah. Koneksi jaringan dan kolega suaminya turut mendukung usaha Janirah menjadi lebih besar lagi. Hingga berdirilah Kemara, sebuah perusahaan yang besar yang dibangun dari 0 sejak Janirah meramu produk kecantikannya sendiri di rumah. Pembuktian itu membungkan banyak orang yang memandang remeh ketika pernikahannya, melalui hasil kerjanya, Janirah bahkan lebih kaya daripada mertuanya sendiri.
Sayangnya, Janirah hanya memiliki 1 putra yang tidak kompeten dalam mengurus bisnis. Harapan Janirah jatuh pada cucunya, Raras yang semua orang pasti bersepakat bahwa dia mewarisi semua kualitas seorang Janirah yang tegas, pekerja keras dan berpola pikir tajam. Kepada Raras, cucu kesayangannya Janirah sering menceritakan banyak dongeng. Namun satu dongeng paling istimewa yang disukai Raras adalah dongeng tentang Puspa Karsa. Sebuah bunga yang dipercaya dapat mempengaruhi dan mengendalikan kehendak dengan kekuatannya. Bunga itu saking wangi dan menariknya hingga harus dipisahkan dari hutan, karena paling menjadi pusat perhatian para hewan. Dipercaya bahwa penguasa hutan sengaja menyembunyikannya agar bunga-bunga lain tidak iri.
Di lain tempat yang sangat berbanding terbalik, dan dilain waktu puluhan tahun kemudian.
Seorang pria bernama Jati Wesi dibesarkan di Bantar Gebang dekat tumpukan sampah. Tidak jelas asal-usul dan keluarganya. Jati tinggal bersama pria tua bernama Nurdin dan anak-anak lainnya yangsama-sama memiliki asal-usul tidak jelas. Nurdin terkenal sebagai tokoh yang menampung dan merawat bayi-bayi yang dibuang dan ditemukan di sekitar pembuangan sampah. Untuk dimanfaatkan menjadi tenaga kerja dibawah umur yang terus-terusan dia tekankan bahwa mereka berutang budi atas kebaikan Nurdin dan harus mereka bayar dari hampir seluruh penghasilan mereka.
Secara fisik Jati nampak tinggi, berbadan cukup tegap karena pekerjaan fisik yang terus menerus dia lakukan sekaligus di tempat yang berbeda, lusuh dan kumal tidak ubahnya seperti teman-temannya yang lain dan kondisi orang disekitar Bantar Gebang. Yang membedakan Jati dengan yang lain adalah penciumanya yang tajam. Karena penciumannya yang diatas rata-rata Jati terkenal dengan julukan hidung tikus. Kemampuan indera penciumannya semakin diakui ketika dia berhasil membantu kepolisian menemukan seorang penadah sampah yang dibunuh dan tertimbun bermeter-meter dibawah tumpukan sampah setelah berminggu-minggu dinyatakan hilang dan tidak pulang ke rumah.
Dari beberapa pekerjaan yang Jati geluti, tukang kebun, di pembuangan sampah dan membuat parfum, menjadi pembuat parfum adalah sesuatu yang menurutnya bisa dia banggakan. Jati juga paling menyukai pekerjaannya yang satu itu. Mengolah bahan menjadi aroma di sebuah toko yang menjual parfum tiruan bernama Attarwala.
Jati kemudian bekerja untuk Raras dan tinggal di pavilliun dalam lingkungan rumah besar keluarga Prayagung. Situasi itu mempertemukannya dengan Tanaya Suma, puteri tunggal Raras yang memiliki kesensitifan aroma sebagaimana Jati. Merasa tidak sendirian dengan indera penciumannya yang diatas normal, Jati merasa akhirnya menemukan seorang teman. Sebaliknya Suma langsung mengobarkan permusuhan di kali pertama Jati masuk ke rumahnya. Keberadaan Jati entah bagaimana seperti membuat Suma terancam sehingga dia sangat membenci Jati dan berusaha menghalangi Raras untuk mempekerjakan Jati maupun memperoleh orientasi operasional Kemara.
Heran dengan reaksi Suma yang entah mengapa begitu membencinya, Jati merasa tertantang untuk memperbaiki Puspa Ananta - koleksi wewangian Kemara karya Tanaya Suma dan menyempurnakan kekuragannya sebagai pembuktian kemampuannya yang layak kepada Suma, meskipun Jati sendiri juga tidak paham mengapa dia merasa harus melakukan pembuktian itu.
Memiliki karyawan yang bekerja untuknya dengan penciuman seperti Jati membungakakan harapan Raras atas misi lamanya dalam menemukan Puspa Karsa. Selama ini mungkin misi itu tidak akan pernah berhasil karena mereka yang menjalankannya tidak memiliki hidung yang istimewa. Kali ini Raras optimis, dan mulai menyiapkan segala sesuatu untuk rencana besarnya dalam menemukan bunga yang memiliki kekuatan besar dalam merubah nasib itu. Raras menyiapkan arkeolog terbaik, ahli botani yang kompeten, pengamanan yang dapat diandalkan dan termasuk menyiapkan keikutsertaan Jati.
Disisi lain, Jati menemukan hal baru terkait asal-usul dan masa lalunya yang berkaitan dengan sensitifitas penciumannya yang begitu tinggi dan detail. Meskipun masih seperti benang bergumpal yang sulit diurai, puzzle itu mulai lengkap satu persatu meskipun belum ada kesimpulan apapun yang bisa ditarik. Penciumannya mungkin orang pandang sebagai sebuah kelebihan, namun bagi jati inderanya yang satu itu justru membuatnya kesepian dan merasa bahwa hadirnya masa lalu yang berkaitan dengannya, keluarga atau apapun akan membuatnya keluar dari rasa sepi itu.
Berhasilkah misi untuk menemukan Puspa Karsa?
Apakah Jati berhasil mengungkap misteri dibalik asal-usulnya yang misterius dan indera penciumannya yang tidak biasa?
Baca petualangan serunya di buku Aroma Karsa-nya langsung yuk! Sudah beredar di toko-toko buku tanah air loh ;)
Kata Ninda:
Sudah lama saya menunggu buku berikutnya dari Dee setelah Intelegensi Embun Pagi. At first saya pikir ini sequel dari Supernova (lagi), karena sejujurnya banyak lubang di buku itu yang menyisakan pertanyaan di kepala saya dan tidak bisa saya tambal dengan penjelasan dari Dee. Dan itu enggak enak banget.
Tapi ternyata bukan, Aroma Karsa adalah buku yang benar-benar berbeda. Secara kisah, alur, penokohan. Benar-benar beda dan sejauh yang saya ingat ini tidak berelasi dengan buku manapun yang ditulis Dee. Namun ya ada kemiripan yang mendasar yang melatari buku ini dengan serial Supernova, sisi hal-hal spiritual yang mendominasi dan komponen mitologi.
Perbedaan lainnya adalah Aroma Karsa mengupas tentang kisah seorang raja yang terhapus dari sejarah karena jatuh cinta pada dewi bunga dan pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tahta, sementara BLBPT adalah tentang cerita sejarah yang barangkali hampir semua orang Jawa mengetahui dengan baik kisahnya yaitu tentang masa kekuasaan Raden Wijaya - pendiri Majapahit. Sementara kisah yang sudah umum kita tahu itu ternyata tidak diceritakan sebagaimana fakta yang terjadi. Salah satunya adalah tentang pemberontakan Ronggolawe - yang adalah bupati pertama dari kota kelahiran saya. Kesamaan dari dua buku ini adalah kemampuannya membuat kita mempercayai fakta-fakta yang diakui valid (di dalam cerita), meskipun dari segi kekuatan sejarah versi BLBPT lebih baik sehingga lebih mudah bagi buku itu untuk menjungkir balik persepsi.
Kembali pada Aroma Karsa, saya tahu bahwa Dee memikirkan materi tulisan dan merisetnya sedemikian rupa pada detail. Seperti risetnya pada Ananda Mikola yang berhubungan dengan dunia balap, kehidupan di TPA Bantar Gebang, ilmu tumbuh-tumbuhan utamanya anggrek dan yang paling detail, rumit dan entahlah saya penasaran bagaimana deskripsi per aroma bisa disajikan dalam tatanan kalimat. Aroma yang memiliki campuran bau zat-zat kimia, buah-buahan dan bahkan unsur logam membentuk bau tertentu yang dikenali daan dideskripsi melalui catatan indera penciuman Jati.
Sepanjang yang saya tahu, aroma atau bau adalah sesuatu yang sangat sulit dideskripsi dengan baik dan detail. Kita bisa tahu sebuah bau enak atau tidak enak tergantung dari reaksi hidung kita sendiri. Misalnya kita tahu sampah itu bau tapi tidak bisa menjelaskan dengan baik bau yang kita hirup itu berasal dari aroma apa saja dan mengapa bisa bau. Pun kita tahu bau pelembut pakaian itu menyenangkan tapi kita tidak bisa menceritakan dengan baik dan detail seperti apa baunya pada orang lain.
Iya, bau dan wewangian adalah sesuatu yang sulit digambarkan dan dideskripsi mendetail beda dengan visual. Padahal indera pertama yang berkembang pada seorang bayi saat di dalam kandungan adalam penciuman. Dari banyak rupa dan jenis bau, kita tidak bisa memberikan informasi kesemuanya dengan tepat pada orang lain selain bau enak dan tidak enak atau dengan memberikan pembanding kesamaan dengan sumber bau lain.
Sebagai sebuah buku yang utuh, intinya saya sangat menyukai Aroma Karsa. Sejauh ini, Aroma Karsa adalah buku terbitan tahun 2018 yang paling berkesan dan saya suka. Sepanjang halamannya yang tebal, antara jalinan indah paduan kata-kata Dee dan keseruan plot cerita membuat saya yang biasanya baru selesai baca buku dalam waktu sekian bulan bisa selesai dalam waktu kurang dari seminggu dan berkesan mendalam juga hingga bukunya selesai saya baca.
Dalam buku ini, Dee adalah J.K Rowling versi Indonesia bagi saya. Buku tulisannya boleh jadi sangat tebal, tapi herannya dengan mudah membius pembaca untuk terus kecanduan cerita dan menggiring mereka untuk terus mengikuti kisah yang dituturkan hingga final karena rasa penasaran dan aneka pertanyaan di kepala. Secara lunas, buku ini membayar ketidakpuasan saya pada Intelegensi Embun Pagi yang menyisakan terlalu banyak celah cerita dan pertanyaan yang tidak terjawab dan terjelaskan dengan baik.
Meskipun tetap ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan di kepala saya usai menamatkan buku ini. Saya mengerti mengapa Janirah mewariskan sari puspa karsa pada Raras dan mengamanatkan untuk mencari sumbernya. Janirah yang besar dalam status anak abdi dalem berpangkat terendah yang keluar dari nasib urun temurun keluarganya telah berhasil mendobrak garis hidupnya dan mengamankan nasib garis keturunannya dalam harta yang cukup dan berlimpah, serta nama besar yang dikenal karena jasa sari puspa karsa di dalam tube yang dia miliki.
Kepada Raras, dia tidak hanya mewariskan obsesi namun tugas untuk menemukan bunga tersebut agar masa depan dan kelangsungan garis keturunan mereka tetap dapat diamankan dalam keterjaminan harta dan nama besar dengan bantuan pengaruh puspa karsa. Sementara Raras, yang tidak menikah dan memutuskan untuk tidak berketurunan langsung, namun masih terobsesi ingin memiliki Puspa Karsa itu gimana ya... alasannya kurang kuat aja rasanya menurut saya.
Toh pada akhirnya dia memutuskan untuk mewariskan Kemara pada Suma yang tidak memiliki hubungan darah secara langsung dan umurnya jelas sudah tidak lagi muda. Lantas untuk apa misi itu masih berlanjut? Apakah sebatas menggenapi wasiat Janirah, atau karena penasaran dan obsesi tidak beralasan? Meskipun secara realita kita sama-sama bisa paham bahwa rasa penasaran saja lebih dari mampu membuat seseorang menempuh bahaya dan resiko. Entahlah... yang jelas kalau maksudnya untuk mensukseskan Kemara ditangan Suma, harusnya sudah terbaca kalau langkah itu berkemungkinan bakal menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Kalau nggak kepikiran sampek situ malah rada aneh untuk seseorang dengan ketajaman analisa dan perencana yang perfeksionis seperti Raras Prayagung.
Kuatnya karakter dan latar belakang tokoh utama dan pendamping juga membuat saya merasa turut khawatir dan bersedih bersama mereka, seperti pada Khalil dan Arya. Dan bahkan meskipun kiprahnya hanya selintas seperti Jindra dan Iwan dengan bercandanya yang sarkastis tapi beneran lucu.
Akhir kisah ini pun membuat saya merasa kehilangan karena sudah telanjur merasa telah beberapa hari hidup dalam dunia yang Dee bangun, tahu-tahu saja dunianya itu harus dikiamatkan. Padahal sudah hidup banget dalam kepala saya. Sempat membaca beberapa komentar dari orang yang sudah membaca kisah Aroma Karsa, bahwa mereka berharap buku ini berlanjut dan atau menduga ceritanya akan berlanjut karena aliran jalan cerita yang sepertinya malah makin seru.
Bagi saya, dari hati terdalam lebih suka jika kisah Aroma Karsa telah berhenti sampai di buku ini saja. Bukan karena tidak suka, justru karena saya terlalu suka, sehingga ada bagian diri saya yang tidak rela jika ada prequel yang mungkin merusak kesan saya pada novel ini.
Nggak terasa nulis review sudah kayak cerpen begini LOL :p Inipun rasanya masih ada yang pengin saya sampaikan tapi kececer diingatan entah apa belum ingat lagi. Semoga review saya cukup sebagai rujukan bagi teman-teman untuk memutuskan bakalan beli buku ini atau nggak :) (BELI AJA NGGAK BAKAL NYESEL ;P).
Sudah baca buku ini juga? Sharing yuk di kotak komentar! :)
Belum beli nyin... Tapi leh uga nih, apalagi karya mbak dee..
ReplyDeleteWaw, review yg panjang..totalitas banget..berarti benar2 berkesan ya bacanya..plus telaten menjabarkan dan mengetiknya sepanjang ini..
ReplyDeleteCkup diakui karya Dee memang sip..tp aku udah lama gak baca buku fiksi atau novel.. jadi sjauh ini karya Dee yg pernah kubaca Perahu Kertas, Madre, Filosofi Kopi.. dan ketiganya terus terang aku suka dn berkesan..
Gaya bercerita Dee yg sgt deskriptif mengningatkan gw pada gaya bercerita penulis yg sgt gw kagumi, Pearl S Buck, uniknya klo baca buku fiksi indonesia yg generasi sekarang gw emg lbh prever yg ditulis sm penulis wanita...NH Dini, Dee, Ayu Utami, Leila S Chudori Alm.Lan Fang atau Ika Natassa, klo penulis fiksi pria gw lbh suka yg klasik seperti Marah Rusli, YB Mangunwijaya, Ashadi Siregar, Sapardi Joko Damono atau Ahmad Tohari
ReplyDelete