Para nelayan biasa
pergi berlayar di malam hari untuk mengikuti siklus perputaran bulan. Tidak
seperti ikan tambak yang dapat dipanen setiap waktu, ikan laut memiliki waktu
tertentu untuk dapat dijaring. Selain memperhatikan siklus bulan beberapa jenis
ikan juga memerlukan perhatian untuk waktu imigrasi melewati beberapa laut
dalam. Ikan-ikan seperti tuna memiliki siklus imigrasi atau perjalanan jauh
utuk melintasi satu tempat ke tempat lainnya yang terkadang masih luput dari
pengawasan, sehingga nelayan yang menjaring di luar waktu imigrasi ini akan
kesulitan menemukan ikan tuna dalam penjaringannya.
Industri perikanan
memang harus terus mengawasi iklim dan siklus bulan seperti ini. Jika air laut
pasang terlalu tinggi, nelayan tidak bisa melaut karena guncangan yang terlalu
tinggi justru bisa membalikkan kapal nelayan itu sendiri. Musim hujan memang
terkadang menjadi tantangan tersendiri untuk nelayan dalam melaut. Angin yang
terlalu kencang juga bisa menghempas kapal hingga keluar dari area yang menjadi
target sasaran pengangkapan ikan. Industri perikanan sedang menjadi sorotan
sejak mentri kelautan Ibu Susi mencangankan konsumsi ikan laut sebagai makanan
harian. Selain tinggi gizi, ikan laut cenderung tidak memiliki lemak jahat
sebanyak unggas dan daging. Omega 3 yang terdapat dalam daging ikan dapat
meningkatkan siklus regenerasi sel-sel otak sehingga kemampuan berpikir menjadi
lebih baik jika dibandingkan dengan konsumsi daging biasa.
Tingginya minat akan
industri perikanan harus dibarengi dengan listrik yang terpenuhi untuk bagian
pengemasan ikan yang akan dikirim hingga keluar negeri. Sewatama Indonesia dapat menyediakan daya listrik dengan melakukan rental di Sewatama.
No comments:
Post a Comment