Inggit, seorang mahasiswi komunikasi entah kenapa selalu terjebak situasi menyebalkan terkait nilai-nilai dan perkuliahannya jika dosennya Pak Arya. Tidak terhitung seringnya Inggit curhat dan memaki-maki si dosen muda killer di depan teman-teman dan pacarnya, Tristan.
Tugas yang selalu menumpuk dan nggak kenal ampun terus dibebankan kepada Inggit. Namun bagaimana lagi? Sudah rahasia umum tentang betapa killer dan tukang kritik Pak Arya di mata para mahasiswa.
Suatu hari tiba-tiba saja ibunya menyuruh Inggit pulang kampung karena kondisi bapak Inggit yang harus diopname karena kondisi fisiknya yang tidak baik. Dengan panik Inggit pun pulang ke Jogja.
Tiba di Jogja, Inggit terus menangis melihat kondisi ayahnya. Sang ayah khawatir ajalnya sudah dekat meminta Inggit untuk segera menikah agar ayahnya sempat menjadi wali yang menikahkan Inggit.
Dengan panik Inggit menelepon Tristan, pacarnya yang juga masih kuliah untuk meminta Tristan datang ke Jogja dan menyatakan kesiapannya menikah dengan Inggit. Tristan tentu saja kaget dan berkata bahwa ini terlalu mendadak dan dengan kondisinya yang lulus kuliah saja belum, belum punya pekerjaan pula, Tristan merasa tidak punya apa-apa untuk dijanjikan ke bapak Inggit.
Mendengar itu Inggit dengan kesal berkata, "jadi menurut kamu hubungan kita menghalangi cita-cita kamu? Bagi kamu itu lebih penting dari aku?!"
(di adegan ini saya mual parah)
Melihat Inggit, bapaknya berkata jika memang pacar Inggit belum siap menikah maka bapaknya minta Inggit bertemu dengan calon pilihan bapaknya.
Begitu ketemu ditempat janjian, kaget lah Inggit bahwa calon suami yang dipilih bapaknya ternyata Pak Arya si dosen killer.
"Jika kamu belum siap semua orang tahu maka kita rahasiakan dulu dari teman-teman kamu. Dan nanti kalau pacar kamu sudah siap menikah, saya akan mengikhlaskan kamu," kata Pak Arya berjanji.
Dengan alasan janji itu, Inggit pun menikah dengan si dosen killer yang menyanggupi tidak akan menyentuh Inggit juga itu.
Kembali ke Jakarta, masalah perlahan muncul seiring kocar-kacirnya Inggit menjaga rahasia pernikahannya tetap tidak diketahui teman-temannya dan Tristan ketika pak Arya yang kini suaminya tinggal serumah dengan Inggit. Inggit yang masih cinta Tristan dan tidak mau putus meskipun sudah menikah, hanya berusaha menjaga jarak dengan cowok itu tanpa mengutarakan alasan sebenarnya. Sementara Tristan yang menyangka Inggit marah karena penolakan ajakan menikah berusaha memperbaiki situasi mereka.
Kata Ninda:
Yang menggerakkan saya untuk nonton ini adalah karena directornya Monty Tiwa dan ada Reza Rahadian selain ya masa sih nontonnya serial produksi luar negeri mulu, siapa tahu kan produksi kita juga nggak kalah keren... Lagian masa sih Reza mau milih web series yang ecek-ecek?
Tapi ternyata *ehem* iya.
Segala sesuatu dalam serial terasa tidak nyaman dilihat. Dari mulai intro aja bikin saya kaget. Loh kok gini banget intronya?
Tau nggak sih, ala telenovela gitu deh... dengan gambar efek sephia dan lagu yang... entahlah. Tapi saya ketawa sih nontonin intronya. Apakah ini sebuah trik marketing agar banyak yang bikin meme dan parodi pake lagu dan pose opening ini?
Pemilihan kostum, make up, gambar secara visual terkesan nggak enak dilihat. Nggak aesthetic. Terkesan mirip ftv channel ikan terbang karena dari segi visual nampak low budget. Masih bagusan ftv ala channel pioneer ftv dan si oke. Hm kayaknya budget berat di fee aktor (?)
Fashion Prilly sebagai pemeran Inggit terasa nggak oke disini dan nampak nggak cocok dia pakai. Pemilihan kostumnya kayak asal banget nggak disesuaikan dengan bentuk tubuh Prilly sendiri yang mungil, kayak jadi makin kelihatan mungil. Makeupnya juga agak too much sehingga wajah Prilly terlihat jauh lebih tua. Jadinya aneh gitu, fashionnya childish tapi make up-nya dewasa. Fashion Reza sebenernya oke-oke aja sesuai peran tapi somehow kelihatan kucel gimana gitu apa karena tone gambarnya atau kenapa saya nggak tahu.
Dengan panik Inggit menelepon Tristan, pacarnya yang juga masih kuliah untuk meminta Tristan datang ke Jogja dan menyatakan kesiapannya menikah dengan Inggit. Tristan tentu saja kaget dan berkata bahwa ini terlalu mendadak dan dengan kondisinya yang lulus kuliah saja belum, belum punya pekerjaan pula, Tristan merasa tidak punya apa-apa untuk dijanjikan ke bapak Inggit.
Mendengar itu Inggit dengan kesal berkata, "jadi menurut kamu hubungan kita menghalangi cita-cita kamu? Bagi kamu itu lebih penting dari aku?!"
(di adegan ini saya mual parah)
Melihat Inggit, bapaknya berkata jika memang pacar Inggit belum siap menikah maka bapaknya minta Inggit bertemu dengan calon pilihan bapaknya.
Begitu ketemu ditempat janjian, kaget lah Inggit bahwa calon suami yang dipilih bapaknya ternyata Pak Arya si dosen killer.
"Jika kamu belum siap semua orang tahu maka kita rahasiakan dulu dari teman-teman kamu. Dan nanti kalau pacar kamu sudah siap menikah, saya akan mengikhlaskan kamu," kata Pak Arya berjanji.
Dengan alasan janji itu, Inggit pun menikah dengan si dosen killer yang menyanggupi tidak akan menyentuh Inggit juga itu.
Kembali ke Jakarta, masalah perlahan muncul seiring kocar-kacirnya Inggit menjaga rahasia pernikahannya tetap tidak diketahui teman-temannya dan Tristan ketika pak Arya yang kini suaminya tinggal serumah dengan Inggit. Inggit yang masih cinta Tristan dan tidak mau putus meskipun sudah menikah, hanya berusaha menjaga jarak dengan cowok itu tanpa mengutarakan alasan sebenarnya. Sementara Tristan yang menyangka Inggit marah karena penolakan ajakan menikah berusaha memperbaiki situasi mereka.
Kata Ninda:
Yang menggerakkan saya untuk nonton ini adalah karena directornya Monty Tiwa dan ada Reza Rahadian selain ya masa sih nontonnya serial produksi luar negeri mulu, siapa tahu kan produksi kita juga nggak kalah keren... Lagian masa sih Reza mau milih web series yang ecek-ecek?
Tapi ternyata *ehem* iya.
Segala sesuatu dalam serial terasa tidak nyaman dilihat. Dari mulai intro aja bikin saya kaget. Loh kok gini banget intronya?
Tau nggak sih, ala telenovela gitu deh... dengan gambar efek sephia dan lagu yang... entahlah. Tapi saya ketawa sih nontonin intronya. Apakah ini sebuah trik marketing agar banyak yang bikin meme dan parodi pake lagu dan pose opening ini?
Pemilihan kostum, make up, gambar secara visual terkesan nggak enak dilihat. Nggak aesthetic. Terkesan mirip ftv channel ikan terbang karena dari segi visual nampak low budget. Masih bagusan ftv ala channel pioneer ftv dan si oke. Hm kayaknya budget berat di fee aktor (?)
Fashion Prilly sebagai pemeran Inggit terasa nggak oke disini dan nampak nggak cocok dia pakai. Pemilihan kostumnya kayak asal banget nggak disesuaikan dengan bentuk tubuh Prilly sendiri yang mungil, kayak jadi makin kelihatan mungil. Makeupnya juga agak too much sehingga wajah Prilly terlihat jauh lebih tua. Jadinya aneh gitu, fashionnya childish tapi make up-nya dewasa. Fashion Reza sebenernya oke-oke aja sesuai peran tapi somehow kelihatan kucel gimana gitu apa karena tone gambarnya atau kenapa saya nggak tahu.
Saya pernah nonton beberapa film Prilly misalnya Danur dan salah satu film Raditya Dika lupa judulnya. Jujur menurut saya akting terbaik di film Prilly adalah ketika dia berperan sebagai dirinya sendiri di film Raditya Dika. Selebihnya saya ngerasa akting Prilly belum cocok masuk layar lebar. Masih lebih cocok di sinetron dan akan lebih baik kalau lawan mainnya cocok.
Di serial ini juga nggak ada chemistry antara Prilly dan Reza, rasanya nggak cocok dan terasa dipaksakan gitu. Malah chemistry Prilly dan Kevin terasa lebih kuat layaknya orang pacaran beneran.
Ini satu-satunya tontonan yang saya ngerasa bahkan akting seorang aktor seperti Reza yang menurut saya nggak pernah gagal jadi karakter apa saja, terasa failed. Maksa. Seolah dia berusaha jadi orang yang ngeselin.
Mungkin karena dari cerita aja sudah nggak cocok kali ya, terus merembet kemana-mana. Ceritanya cukup absurd sih untuk topik yang mengangkat perjodohan paksa. Bukan topik baru love hate relationship dalam perjodohan. Topik ini sudah booming sejak novel Eiffel I'm in Love. Tapi ya tentu saja bagai langit dan bumi karena Eiffel I'm in Love itu sekadar isu dijodohin bukan dijodohin beneran apalagi dipaksa nikah beneran seperti serial ini.
Banyak yang komentar kalau versi novelnya lebih bagus, ya sudah saya coba deh baca novelnya. Eh ternyata menurut saya versi novelnya malah lebih parah randomnya.
Versi serial meskipun rada aneh kok ada orang tua yang punya anak cuma 1 dan sangat sayang anak tapi nyuruh anaknya nikah muda dengan kondisi kepribadian yang masih gaje itu tapi awal mula dan sebab akibatnya masih cukup bisa dimengerti. Soalnya versi kejadian nyata ada kok teman saya yang dinikahin muda sama pacarnya karena ayahnya sakit parah.
Nah versi novel tuh ayahnya lagi gak enak badan dan kuatir umur nggak ada yang tahu. Inggit disuruh pulang, mendadak di rumah ada masakan banyak banget terus dia nyeletuk, "banyak amat makanannya kayak acara lamaran aja,"
"Ya emang lamaran," kata si ibu
Ternyata sodara-sodara si ibu membujuk rayu Inggit agar pulang karena hari itu juga acara lamaran. Selama ini ibunya nyuruh milih kebaya dan keperluan nikahan sambil bohong katanya buat anak temennya tapi aslinya buat Inggit.
Jadi semacam mendadak hari itu juga Inggit dilamar dan Inggit baru tahu sekian jam sebelum acara. Besoknya lagi sudah harus nyari cincin dan minggu depannya harus nikah.
Random banget nggak sih?
Dengan situasi anak tunggal kesayangan seperti Inggit?
Saya nggak tau penulisnya ini pake acuan apa karena secara historis orang jadul jaman siti nurbaya aja nggak gitu-gitu amat juga jodohinnya. Meskipun dipaksa nikah tapi mereka punya kesempatan untuk tahu jauh hari sebelum pernikahan. Kalau mengacu ke agama pake konsep taaruf juga sama salahnya. Kan konsep taaruf juga nggak gitu-gitu amat. Dalam ta'aruf, calon pengantin sudah yakin well informed tentang pasangan baru deh mereka mutusin lanjut atau nggak.
Di serial ini juga nggak ada chemistry antara Prilly dan Reza, rasanya nggak cocok dan terasa dipaksakan gitu. Malah chemistry Prilly dan Kevin terasa lebih kuat layaknya orang pacaran beneran.
Ini satu-satunya tontonan yang saya ngerasa bahkan akting seorang aktor seperti Reza yang menurut saya nggak pernah gagal jadi karakter apa saja, terasa failed. Maksa. Seolah dia berusaha jadi orang yang ngeselin.
Mungkin karena dari cerita aja sudah nggak cocok kali ya, terus merembet kemana-mana. Ceritanya cukup absurd sih untuk topik yang mengangkat perjodohan paksa. Bukan topik baru love hate relationship dalam perjodohan. Topik ini sudah booming sejak novel Eiffel I'm in Love. Tapi ya tentu saja bagai langit dan bumi karena Eiffel I'm in Love itu sekadar isu dijodohin bukan dijodohin beneran apalagi dipaksa nikah beneran seperti serial ini.
Banyak yang komentar kalau versi novelnya lebih bagus, ya sudah saya coba deh baca novelnya. Eh ternyata menurut saya versi novelnya malah lebih parah randomnya.
Versi serial meskipun rada aneh kok ada orang tua yang punya anak cuma 1 dan sangat sayang anak tapi nyuruh anaknya nikah muda dengan kondisi kepribadian yang masih gaje itu tapi awal mula dan sebab akibatnya masih cukup bisa dimengerti. Soalnya versi kejadian nyata ada kok teman saya yang dinikahin muda sama pacarnya karena ayahnya sakit parah.
Nah versi novel tuh ayahnya lagi gak enak badan dan kuatir umur nggak ada yang tahu. Inggit disuruh pulang, mendadak di rumah ada masakan banyak banget terus dia nyeletuk, "banyak amat makanannya kayak acara lamaran aja,"
"Ya emang lamaran," kata si ibu
Ternyata sodara-sodara si ibu membujuk rayu Inggit agar pulang karena hari itu juga acara lamaran. Selama ini ibunya nyuruh milih kebaya dan keperluan nikahan sambil bohong katanya buat anak temennya tapi aslinya buat Inggit.
Jadi semacam mendadak hari itu juga Inggit dilamar dan Inggit baru tahu sekian jam sebelum acara. Besoknya lagi sudah harus nyari cincin dan minggu depannya harus nikah.
Random banget nggak sih?
Dengan situasi anak tunggal kesayangan seperti Inggit?
Saya nggak tau penulisnya ini pake acuan apa karena secara historis orang jadul jaman siti nurbaya aja nggak gitu-gitu amat juga jodohinnya. Meskipun dipaksa nikah tapi mereka punya kesempatan untuk tahu jauh hari sebelum pernikahan. Kalau mengacu ke agama pake konsep taaruf juga sama salahnya. Kan konsep taaruf juga nggak gitu-gitu amat. Dalam ta'aruf, calon pengantin sudah yakin well informed tentang pasangan baru deh mereka mutusin lanjut atau nggak.
Au ah random memang ceritanya.
Mungkin kesannya mau bikin yang uwu ala drama nikah kontrak seperti full house atau perjodohan seperti Princess Hours gitu kali ya tapi plotnya kurang oke jadi jatohnya random dan chemistrynya gak ada. Sejauh ini sih menurut saya novel dan serialnya sama-sama nggak worth it tapi masih mendingan serialnya dikit, mungkin karena koreksi plot cerita kali ya.
Ya ini cerita yang cocok untuk bocil-bocil kebelet nikah, cerita ini akan memuaskan bayangan mereka tentang romansa nikah muda. Pantesan populer banget di wattpad. Kalau ditonton dan dibaca mbak-mbak 30-an kayak saya yang ngerasa kemudaan nikah pas golden age ya failed abis. Terus ini kok gak ada adegan pusing bayar tagihan-nya sih? Tiba-tiba aja Arya ngatur pelit ini itu padahal nggak ada bahasan yang bayar tagihannya siapa, bisa jadi masih ortu Inggit yang bayar.
Alih-alih menganggap uwu Inggit-Pak Arya, saya malah simpati sama Tristan. Kasian banget dibohongin cewek gajebo seperti Inggit. Tristan ini sebenernya cowok baik, sayangnya Inggit yang kebelet nikah nggak mutusin Tristan ataupun jujur soal statusnya. Maruk banget nikah sama cowok pilihan ortu tapi tetep pengin pacaran sama cowok lain. Dan si pacar ga boleh tahu statusnya sebagai istri orang. Eh ndilalah pas udah tahu situasi sebenernya dan Tristan memilih pergi pun (yang adalah keputusan wajar cowok manapun yang sehat secara mental), Inggit masih nyariin dong dengan dalih mau menjelaskan.
Sudah gitu relationship antara Inggit - Arya juga aneh banget. I don't get it, seriously. Arya yang suka nyuruh-nyuruh padahal itu rumahnya Inggit dan kita semua nggak tau apa dia yang bayar tagihan atau masih ortu, Inggit yang selalu ribut nyuruh urus aja hidup masing-masing tapi pas Arya cuek dia jadi ngerasa terdzolimi. Entah apakah itu untuk menjelaskan betapa bocilnya Inggit atau gimana. Cringe parah.
Tapi saya nggak kasian sama Arya yang sudah tahu resiko menikahi Inggit dan bikin perjanjian sama dia, saya kasian sama Tristan yang nggak tau apa-apa dan hopeless banget berusaha memahami Inggit yang gajebo. Dipacarin dalam kondisi gatau apa-apa tapi harus dealing dengan perubahan sikap dan mood Inggit yang beda banget seolah lagi ngambek ke Tristan (padahal karena salah Inggit sendiri). Ya kalau menurut saya Inggit dan Arya sama-sama ngeselin sih ya cocok. Tristan cari yang lain aja deh ya yang nggak gajebo kayak Inggit.
Saya juga lebih kasihan lagi pada waktu dan kuota saya yang terbuang dengan nonton serial ini dan nyoba baca novelnya.
Sungguh percuma.
Memang terlalu.
Menurut saya Eiffel I'm in Love masih novel indonesia tentang perjodohan modern yang jauh lebih layak direkomendasikan.
Mungkin kesannya mau bikin yang uwu ala drama nikah kontrak seperti full house atau perjodohan seperti Princess Hours gitu kali ya tapi plotnya kurang oke jadi jatohnya random dan chemistrynya gak ada. Sejauh ini sih menurut saya novel dan serialnya sama-sama nggak worth it tapi masih mendingan serialnya dikit, mungkin karena koreksi plot cerita kali ya.
Ya ini cerita yang cocok untuk bocil-bocil kebelet nikah, cerita ini akan memuaskan bayangan mereka tentang romansa nikah muda. Pantesan populer banget di wattpad. Kalau ditonton dan dibaca mbak-mbak 30-an kayak saya yang ngerasa kemudaan nikah pas golden age ya failed abis. Terus ini kok gak ada adegan pusing bayar tagihan-nya sih? Tiba-tiba aja Arya ngatur pelit ini itu padahal nggak ada bahasan yang bayar tagihannya siapa, bisa jadi masih ortu Inggit yang bayar.
Alih-alih menganggap uwu Inggit-Pak Arya, saya malah simpati sama Tristan. Kasian banget dibohongin cewek gajebo seperti Inggit. Tristan ini sebenernya cowok baik, sayangnya Inggit yang kebelet nikah nggak mutusin Tristan ataupun jujur soal statusnya. Maruk banget nikah sama cowok pilihan ortu tapi tetep pengin pacaran sama cowok lain. Dan si pacar ga boleh tahu statusnya sebagai istri orang. Eh ndilalah pas udah tahu situasi sebenernya dan Tristan memilih pergi pun (yang adalah keputusan wajar cowok manapun yang sehat secara mental), Inggit masih nyariin dong dengan dalih mau menjelaskan.
Sudah gitu relationship antara Inggit - Arya juga aneh banget. I don't get it, seriously. Arya yang suka nyuruh-nyuruh padahal itu rumahnya Inggit dan kita semua nggak tau apa dia yang bayar tagihan atau masih ortu, Inggit yang selalu ribut nyuruh urus aja hidup masing-masing tapi pas Arya cuek dia jadi ngerasa terdzolimi. Entah apakah itu untuk menjelaskan betapa bocilnya Inggit atau gimana. Cringe parah.
Tapi saya nggak kasian sama Arya yang sudah tahu resiko menikahi Inggit dan bikin perjanjian sama dia, saya kasian sama Tristan yang nggak tau apa-apa dan hopeless banget berusaha memahami Inggit yang gajebo. Dipacarin dalam kondisi gatau apa-apa tapi harus dealing dengan perubahan sikap dan mood Inggit yang beda banget seolah lagi ngambek ke Tristan (padahal karena salah Inggit sendiri). Ya kalau menurut saya Inggit dan Arya sama-sama ngeselin sih ya cocok. Tristan cari yang lain aja deh ya yang nggak gajebo kayak Inggit.
Saya juga lebih kasihan lagi pada waktu dan kuota saya yang terbuang dengan nonton serial ini dan nyoba baca novelnya.
Sungguh percuma.
Memang terlalu.
Menurut saya Eiffel I'm in Love masih novel indonesia tentang perjodohan modern yang jauh lebih layak direkomendasikan.
Sesuai sama yg kurasain pas nonton, mkanya ku ga sampe selese nontonnya
ReplyDelete