Mariam (Andria Tayeh), salah seorang siswi di Alrawabi - sekolah khusus perempuan di Jordan. Mariam ini tipikal remaja boyish yang rajin dan tidak suka berulah, tipikal siswa teladan yang rajin dan saya yakin kebanyakan dari kita pasti mengenal satu atau lebih tipe siswa yang seperti Mariam ini. Eh atau mungkin diri kita sendiri yang 'mirip' Mariam?
Bagi Mariam, sekolah adalah tempat yang selalu menyenangkan, sudah cukup beberapa sahabat dan keleluasaan melakukan hobi dan hal-hal yang disukai serta menarik perhatiannya.
Tapi ya dimanapun ada siswa yang teladan, pasti ada juga tipe siswa menyebalkan seperti Layan (Noor Taher) dan clique kecil berisi dia dan Rania (Joanna Arida) serta Roqayya (Salsabiela A.) yang kayaknya kalau sehari aja nggak jadi orang menyebalkan akan gatel-gatel pantatnya.
Awalnya bullyan verbal dari Layan yang diarahkan ke Mariam selalu dibalas dengan verbal juga dan sambil lalu oleh Mariam. Tapi ada aja kelakuan Layan yang terus menerus mengeskalasi bully-an dia ke Mariam. Sebagai cewek populer di sekolah yang seringkali 'kalah' dari Mariam terkait urusan sekolah, dia semakin sering mengerjai Mariam dan membuat gara-gara.
Selain mean girls sejati, Layan dan clique-nya juga tipe siswa yang senang melanggar peraturan sekolah. Namun lantaran posisi ayahnya sebagai petinggi di kota/negara tersebut maka kepala sekolah terkesan selalu memaklumi semua ulahnya yang tidak beradab dan juga tidak sopan. Layan cuma bersikap baik ke Rania dan Roqayya aja, selain itu? Nggak pernah ada masa dimana dia ngga abuse power. Kalau nggak menghina, bully secara verbal, bully dengan cara mempermalukan teman, bully fitnah dan bully fisik juga. Parah banget, kelakuannya geng ini macam anak ibl*s emang. Harusnya butuh bantuan dari ahli, sayangnya para orang tua tutup mata sama kelakuan anak-anaknya dan kemungkinan cara didiknya juga salah.
Karena kesal terus dibully, Mariam mengadukan Layan yang membolos dengan cara turun di tengah jalan saat menaiki bis sekolah. Dan kepala sekolahnya yang memanggil Layan ke ruangan bukannya memberi hukuman yang layak, ngerjain essay apa kek gitu... malah 'dengan baik hati' memperingatkan Layan agar berhati-hati dalam mempercayai orang karena ada yang mengadukannya bolos.
Dengan mengancam staff kebersihan sekolah, Layan kemudian tahu bahwa Mariam lah yang mengadu. Karena sebagai siswa Mariam nggak memiliki cela yang bisa balik diadukan, Layan dan clique-nya menyerang Mariam dengan memukuli dan mengancam gadis itu. Puncaknya Layan menjambak dan menghempaskan kepala Mariam sehingga kepalanya membentur aspal hingga berdarah dan pingsan.
Ketiga anak ibl*s ini bukannya mencari pertolongan melihat kondisi Mariam yang terancam fatal... malah kabur, meninggalkan Mariam yang pingsan dengan kepala berdarah. Saya sebagai penonton sampai terkesiap, pendarahan kepala biasanya adalah sesuatu yang fatal, bisa bikin orang meninggal atau koma karena banyaknya saraf yang berada di kepala.
Tapi ternyata Mariam nggak tewas atau sakit parah, dia cuma sakit dengan kepala diperban dan kepada detektif yang menangani kasusnya malah dia menyembunyikan fakta bahwa Layan dan clique pelakunya. Entah gobl*k atau terlalu baik hati.
Sebagai orang normal yang bermoral dan beradab nih ya... kalau masih punya hati sedikit, minimal kita akan mengira setelah kejadian ini Layan dan clique nggak akan mengganggu Mariam lagi bukan? Atau ya kita kalau jadi Layan pastilah akan merasa bersalah setelah ketakutan si korban akan mati atau sembuh dan mengadukan mereka tapi ternyata Mariam diam saja dan merahasiakan bully fisik yang dilakukan Layan .
Ternyata nggak gitu gaes...
Layan dan clique masih terus membully Mariam dengan lebih kejam, bahkan memfitnah Mariam memiliki sisi seorang lesbian yang tertarik pada tubuh Layan di depan seisi sekolah serta orang tua mereka. Lantas ternyata yang anak ibl*s nggak cuma satu, karena banyak sekali siswi yang mengaku menjadi saksi kejadian di toilet dimana Mariam melecehkan Layan. Padahal Layan-lah yang pakai tanktop, sengaja menabrak dada Mariam dari depan dan berteriak Mariam melecehkannya.
Karena fitnah massal itu membuat orang tua Mariam jadi marah dan menganggap bahwa Mariam benar-benar lesbian.
Orang tua Mariam kemudian mengatur konsultasi Mariam dengan psikiater agar gadis itu bisa mendapatkan penanganan yang tepat. Psikiater memberikan obat untuk mengatasi anxiety-nya dan menyarankan Mariam menulis jurnal untuk membantu menuangkan kemarahannya.
Di sekolah, kembali Mariam mengungguli Layan untuk pemilihan atlit perlombaan sepak bola. Layan yang kesal tanpa sengaja memergoki Mariam meminum sebuah obat, Layan kemudian berusaha mencari sesuatu yang bisa menjelaskan situasi itu dan menemukan jurnal Mariam yang memuat masalah psikologis dan kesulitan mental yang dia alami. Layan membaca jurnal dengan senang, berpikir dia menemukan sesuatu yang bisa menjatuhkan Mariam sebagai tim sepak bola sekolah. Layan mengcopy jurnal dan menyebarkannya dan membuat Mariam menerima bully verbal sebagai gadis gila oleh seisi sekolah. Dengan kondisi Mariam, Layan menggantikan Mariam untuk tim sepak bola sekolah.
Karena terus menerus menerima bully dan perlakuan tidak menyenangkan, sahabat menjauh dan tidak ada yang membelanya, Mariam yang selama ini cenderung malas berkonflik dan cenderung mengabaikan perilaku Layan & clique kemudian meledak dan merencanakan balas dendam demi menjatuhkan mereka bertiga.
Apa rencana Mariam untuk membalas mereka?
Kata Ninda:
Serial ini menurut saya tidak nyaman ditonton, tipe serial yang saya nggak sarankan jika ada potensi kamu akan ter-trigger dengan adegan-adegan bully di dalamnya. Ada banyak sekali aspek yang membuat saya kesal dalam drama ini. Banyak yang mereview drama ini realistis terkait budaya di Jordan. Saya nggak bisa komentar soal itu karena saya nggak tinggal di Jordan dan jelas nggak tau terkait normal sosial dan standar moral serta budaya di Jordan, maka saya akan berkomentar sesuai dengan posisi saya sebagai orang yang seumur hidup tinggal di Indonesia.
1. Saat adegan hampir seluruh siswi menyatakan menjadi saksi bahwa Layan mendapatkan pelecehan seksual dari Mariam, yang saya nggak ngerti mereka masa nggak tahu kalau Layan manipulatif? Tapi mereka cenderung percaya Layan yang doyan abuse power ketimbang Mariam yang siswa rajin biasa nggak suka macam-macam. Padahal mereka sendiri juga pastinya banyak yang pernah mendpatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Layan. Dengan power Layan di sekolah dan kelakuannya yang senang abuse power, emang ada kah yang berani-beraninya melecehkan dia? Fitnah massal. Seisi sekolah jadi seperti membully 1 orang - Mariam. Nggak imbang dan sangat gila. Karena fitnah massal itu tidak hanya menghancurkan reputasi Mariam di depan seisi sekolah dan orang tua, tapi juga membuat orang tua Mariam tidak mempercayai anaknya.
Bisa saya akui keluarga Mariam adalah satu-satunya keluarga yang cukup suportif dan ideal dibanding keluarga lain yang diperkenalkan dalam serial ini, nggak heran pemikirannya paling dewasa dibanding semua karakter di serial ini. Sebelum dia mengalami bully parah dari Layan. Bisa kita lihat disini ya, betapa destruktifnya bullying, bahkan keluarga baik yang suportif pun seakan tidak cukup untuk menghapus beban korban bully.
2. Adegan ketika Dina - sahabat Mariam dikerjai dengan menempelkan cat kuku merah ke celana putihnya kemudian memfoto, menyebarkan dan menertawai gadis itu karena seolah lagi 'tembus' ketika datang bulan. Saya bener-bener nggak ngerti, nirempatinya beneran another level. Ketika saya masih sekolah dulu dan ada teman yang tembus, kalau cowok-cowok jadi ngetawain dan ngeledek "wah kamu tembus ya!" itu kayaknya banyak kejadian ya. Tapi sesama teman cewek pasti akan siap sedia melindungi atau menutupi kejadian 'tembus'nya kita saat sedang mens. Nggak ada cewek yang menertawai temannya yang mens. Setidaknya semasa saya masih sekolah. Wanita seharusnya lebih mengerti sesama mereka.
Saya sangat heran kenapa ada orang yang membuat lelucon soal tembus menstruasi ketika mereka juga sesama cewek yang sama-sama menstruasi dan ada kemungkinan suatu saat bakal tembus?
I can't relate.
3. Adegan saat seisi sekolah membaca jurnal Mariam dan tahu bahwa dia menerima pengobatan psikiater. Malah dirundung lagi dengan ejekan gadis gila. Sungguh super gobl*k. Heartless. Orang yang lagi sakit bukannya didukung atau ya minimal dibiarin aja deh, malah dihina kondisinya, bener-bener mind blowing. Ngga punya adab.
Padahal wajarnya, di sekolah-sekolah meskipun pasti ada geng bully seperti Layan dan clique tapi sebagian besar siswa sekolah terbagi antara tipe siswa yang tidak mau ikut campur, mau repot-repot menolong dan ikut serta membully. Bisa dibilang mayoritas siswa biasanya berkelakuan wajar dan baik, nah ini seisi sekolah jahat semua. Atau entah kalau bully di sekolah cewek memang bisa superparah?
4. Kamu nggak perlu jadi orang baik seumur hidup, jadilah jahat sepanjang waktu dan tutuplah itu dengan satu kebaikan, maka kamu dimaafkan gak peduli meskipun sebelumnya kamu sudah hampir membunuh seseorang dengan sengaja. Pesan moral yang sangat gila dari tontonan ini. Jangan ditiru ya gaes...
Memang ngga ada orang yang 100% jahat dan 100% baik. Dunia ini serba abu-abu. Tindakan Layan menyelamatkan Noaf (Rakeen Saad) dari oom-oom yang hendak melecehkan Noaf secara seksual adalah tindakan layak dipuji. Tapi situasi setelahnya cukup aneh. Noaf mungkin sudah memaafkan semua teror Layan karena anehnya setelah kejadian itu Layan jadi melunak pada Noaf. Namun jelas Noaf melupakan apa saja yang sudah dilakukan Layan pada Mariam dan banyak orang-orang lain di sekolah mereka. Layan adalah bom tidak terkendali yang sewaktu-waktu bisa kembali jahat pada orang yang tidak salah. Tapi tentu saja Noaf melupakan itu semua, bahkan adiknya yang sempat dipersekusi 'dayang-dayang' Layan dan Noaf begitu saja memilih mengikuti Layan.
(Kenapa seisi tontonan ini bikin saya marah-marah terus ya, capek sih nontonnya 😑)
5. Kamu boleh jahat, sejahat-jahatnya. Menghancurkan orang lain secara fisik dan mental. Boleh. Yang penting kamu bukan pengadu. Pesan moral dari serial ini dari kelakuan Rania yang lagi-lagi nggak boleh ditiru ya adik-adik 😒 Di part-part akhir serial Rania terus menegaskan bahwa dia bukan pengadu, meskipun dia menyebalkan. Secara sosial, kamu ngga boleh jadi pengadu kalau perbuatan seseorang nggak merugikan orang lain. Tapi kalau ya, coba dikaji ulang isi kepalamu soal konsep adu-mengadu ini. Kamu nggak melaporkan orang yang dipukuli, salah. Kamu mendukung temanmu yang memfitnah orang nggak bersalah, salah. Kamu nggak melaporkan temanmu yang ajojing malam-malam, bisa dimengerti.
6. Layan dan teman-temannya sering jahat pada kondisi orang lain yang 'bukan salah mereka'. Making fun dan mengancam Noaf melalui adiknya yang sakit (bukan salah si adik kalau dia sakit), menjadikan Mariam dipanggil orang gila karena dia berobat ke psikiater, padahal kondisi itu bukan salah Mariam. Malah Layan yang menyebabkannya. Nirempati. Sepanjang serial kita paham siapa yang seharusnya lebih butuh berobat ke psikiater: ya Layan sendiri, masalah kepribadiannya parah sih.
Sementara balas dendamnya Mariam adalah mengadukan sesuatu yang sebenarnya panel ya-tidak-nya adalah pilihan masing-masing. Adalah pilihan Roqayya untuk mengirim foto ke orang asing atau tidak, tapi dia memilih melakukannya. Adalah keputusan Rania untuk kabur dari penginapan ke diskotik, dia punya pilihan untuk tidak kabur tapi toh tetap dia lakukan. Dan adalah keputusan Layan untuk pacaran di rumah luar kota pacarnya dengan hanya berduaan, nggak akan terjadi apa-apa kalau dia tidak melakukannya. Dan ketika kakak Layan mengetahuinya, adalah pilihan kakak kandungnya sendiri untuk bertindak dengan bijak atau nggak terkait kondisi adiknya. Di mata orang Indonesia seperti saya, tidakan Mariam yang paling salah hanyalah soal Roqayya, karena dia menyebarkan foto Roqayya yang seharusnya tidak tersebar. Mungkin casenya mirip dengan 'revenge porn' di negara kita ya. Yang salah adalah yang menyebarkan. Sisanya Mariam hanya membuat laporan atas tindakan Rania dan Layan ke pihak-pihak yang seharusnya diharapkan bisa mengontrol perilaku Layan namun yang terjadi justru sebaliknya.
Meskipun serial ini bikin saya emosi dari awal sampai akhir, namun ternyata justru dimaksudkan untuk mengkritisi dan menyoroti social rules di negara tersebut. Misalnya seperti boleh tidak pakai jilbab tapi kalau sekali lepas jilbab dan orang-orang tahu seperti yang dilakukan Roqayya, keluarganya jadi sangat malu seolah itu aib yang sangat besar. Kendati Roqayya masih berpakaian sopan dan hanya menunjukkan rambut saja, tapi seolah-olah semua orang menilai Roqayya tiba-tiba pakai bikini dan diposting di sosial media. Dan banyak alur-alur cerita yang nampaknya banyak orang Jordan bisa relate, saya temui banyak yang berkomentar positif terkait serial ini di internet.
Namun orang Indonesia seperti saya, tentu saja can't relate pada banyak hal. Adanya malah emosi dan ngamuk-ngamuk nontonnya 😡😡😡😡😡 Meskipun akhirnya bikin saya bersyukur tinggal di Indonesia yang lebih berempati pada persoalan-persoalan yang dibahas di drama ini. Bahkan melakukan tindak bullying sampai korbannya hampir mati dianggap bukan masalah besar dibandingkan dengan punya foto nggak pakai jilbab.
Yang tertarik nonton bisa langsung nonton serial ini di Netflix ya... jangan lupa stock kesabaran yang cukup sebelum nonton! 😁😁 Semoga kesadaran anti bullying semakin baik di masyarakat kita.
No comments:
Post a Comment